MODUL I : RANGKAIAN GERBANG LOGIKA
Setelah
melakukan praktikum modul I yakni tentang Rangkaian Gerbang Logika maka dapat
dianalisa bahwa untuk membuat sebuah rangkaian gerbang logika dalam ilmu
teknik, terutama teknik digital terlebih dahulu kita harus memahami bahwa
terdapat tiga macam rangkaian gerbang logika dasar yang terdiri dari gerbang
OR, And, dan NOT. Kita menggunakan gerbang OR apabila dihadapkan pada pada
kondisi penjumlahan. Sedangkan gerbang And kita gunakan untuk perkalian. Yang
terakhir adalah gerbang NOT, yang digunakan sebagai pembalik dalam rangkaian
logika, gerbang NOT juga disebut inverter. Perlu kita ingat bahwa keluaran pada
gerbang OR akan berlogika 1 jika salah satu atau semua masukan pada gerbang OR
tersebut berlogika 1 dan keluarannya akan
memiliki nilai atau berlogika 0 jika dan hanya jika semua masukannya itu
berlogika 0. Selanjutnya untuk keluaran pada gerbang And akan menghasilkan
keluaran apabila masukannya berlogika 1 jika dan hanya jika semua masukannya
berlogika 1. Serta keluarannya akan berlogika 0 apabila salah satu masukannya
berlogika 0. Kemudian pada gerbang NOT, apabila masukannya berlogika 1 maka
keluarannya akan berlogika 0, begitu pun sebaliknya.
Persamaan
boolean pun dapat kita sederhanakan caranya adalah dengan menggunakan Karnaugh
Map. Karnaugh Map merupakan suatu cara yang digunakan untuk menyederhanakan
persamaan boolean. Cara untuk menyederhanakan persamaan boolean dengan
menggunakan Karnaugh Map ini terbagi menjadi dua persamaan. Yakni minterm dan
maxterm. Minterm merupakan penjumlahan dari perkalian. Sedangkan maxterm adalah
perkalian dari penjumlahan. Dari hasil data yang diperoleh dari praktikum
Rangkaian Gerbang Logika dapat dilihat bahwa untuk yang gerbang AND dan NAND
dengan 3 masukan artinya inputnya terdiri dari 3komponen yakni C, B,dan A maka
pada gerbang AND dan NAND tersebut apabila masukannya 1 maka akan menghasilkan
output atau keluaran 1 juga, selain itu selebihnya 0. Jadi masukan lain selain
1 maka hasil outputnya akan menghasilkan 0. Lalu untuk gerbang OR dan NOR
dengna tiga masukan, merupakan kebalikannya dari gerbang AND dan NAND dengan
tiga masukan. Pada gerbang OR dan NOR dengan tiga masukan tersebut, apabila
masukannya atau inputnya 0 maka hasil keluarannya adalah 0 selain itu
selebihnya 1. Jadi, apabila ada masukan yang bernilai selain 0 maka outputnya
akan 1. Sedangkan untuk rangkaian yang half adder, keluarannya berupa summary
dan carry out. Pada half adder ini, apabila inputnya 0 maka keluarannya pun
menjadi 0. Lalu apabila masukannya 1 – 1 maka keluarannya pun tetap akan 0 ini
berlaku untuk keluaran yang summary. Sedangkan untui keluaran yang carry,
masukan 1 – 1 maka akan menghasilkan keluaran 1.
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan tentang materi pada bab Rangkaian
Gerbang Logika ini bahwa:
1)
Pada gerbang logika dasar, terdiri dari 3 macam
yakni AND, OR, dan NOT.
2) Gerbang And adalah gerbang perkalian dimana output akan berlogika
“1” jika dan hanya jika semua inputnya berlogika “1” dan outputnya akan
berlogika ‘0” jika salah satu masukannya berlogika “0”.
3) Pada rangkaian gerbang logika terdapat istilah Karnaugh Map.
4) Karnaugh Map adalah cara untuk menyederhanakan persamaan booelan
yang paling sederhana.
5) Karnaugh Map itu sendiri, terdapat dua macam bentuk persamaannya,
yakni bentuk minterm dan maxterm.
6) Minterm merupakan persamaan penjumlahan dari perkalian, sedangkan
maxterm itu sendiri merupakan perkalian dari penjumlahan.
MODUL II : PENCACAHAN
(COUNTER)
Pada praktikum
modul II yang membahas mengenai pencacah atau counter dapat dianalisa bahwa
rangkaian pencacah dapat terbentuk dari beberapa flip-flop (FF). Penyusunan
rangkaian flip - flop ini mengikuti urutan yang telah ditentukan. Agar kita
dapat menyusun sejumlah flip - flop yang memenuhi urutan – urutan perubahan,
maka proses tersebut bergantung pada macam pencacahnya. Maksudnya adalah jenis
flip – flop yang digunakan tersebut dapat sinkron atau tidak. Pencacah itu sendiri
terbagi menjadi pencacah yang sinkron dan pencacah yang tak sinkron. Pencacah yang
sinkron terdiri dari pencacah biner modulo – 8, pencacah biner modulo – 6,
serta pencacah BCD (Binary Code Decimal).
Sedangkan pencacah yang tak sinkron ini pun terdiri atas pencacah tak sinkron
biner modulo – 8, dan pencacah tak sinkron biner modulo – 6.
Melihat hasil
data yang diperoleh dari hasil praktikum, dapat dilihat bahwa pada rangkaian
pencacah sinkron – biner modulo8, keluaran akan menjadi 0 kembali apabila pada
pulsa klok yang ke-8. Lalu untuk pencacah sinkron modulo6, maka keluaran akan
menjadi 0 kembali pada pulsa klok yang ke-6. Sedangkan paa pencacah sinkron
yang BCD atau Binary Code Decimal, keluaran pada pencacah ini akan menjadi 0
kembali pada saat di pulsa klok yang ke-10 lalu selanjutnya (pulsa klok ke-11
dst) akan sama kembali lagi seperti pada pulsa klok yang ke-1. Untuk pencacah
yang tak sinkron, yang terdiri atas pencacah asinkron biner modulo 8, sama
halnya dengan pencacah sinkron biner modulo8. Jadi keluarannya akan menjadi 0
lagi hasilnya pada saat di putaran pulsa klok yang ke-8. Begitu pula untuk
pencacah asinkron biner modulo6. Sama halnya dengan pencacah sinkron biner
modulo6, jadi akan menghasilkan keluaran yang 0 apabila pada pulsa klok yang
ke-6. Selebihnya akan seperti awal lagi. Maksudnya nilai dari keluaran itu akan
sama lagi seperti keluaran pada pulsa klok yang ke-1 dan seterusnya. Lalu yang
terakhir adalah bentuk pencacah asinkron BCD atau Binary Coded Decimal, pada
pencacah asinkron BCD ini, kondisi keluaran yang menjadi 0 lagi akan ditemui
apabila pada pulsa klok yang ke-8, setelah pulsa klok yang 8 itu maka pulsa
klok yang ke-9 hingga yang ke-11 akan menghasilkan keluaran yang sama seperti
pada keluaran pulsa klok putaran yang ke-1 begitupun seterusnya.
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Dari praktikum yang
sudah dipraktikumkan, saya menyimpulkan bahwa :
1)
Beberapa flip flop biasanya akan membentuk suatu
rangkaian pencacah.
2)
Agar dapat menyusun sejumlah flip flop yang
memenuhi urutan perubahan yang telah ditentukan maka bergantung pada macam
pencacahnya.
3)
Pencacah itu sendiri terbagi menjadi dua bagian,
yakni pencacah sinkron dan pencacah tak sinkron.
4)
Pencacah sinkron dibagi lagi menjadi beberapa
bagian yakni pencacah sinkron modulo8, pencacah sinkron modulo6, dan pencacah
BCD sinkron.
HASIL DATA
I.
Pencacah
sinkron
a.
Pencacah Sinkron-biner modulo -8
Pulsa klok
ke-
|
Keluaran
|
||
QA
|
QB
|
QC
|
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
2
|
0
|
1
|
0
|
3
|
0
|
1
|
1
|
4
|
1
|
0
|
0
|
5
|
1
|
0
|
1
|
6
|
1
|
1
|
0
|
7
|
1
|
1
|
1
|
8
|
0
|
0
|
0
|
9
|
0
|
0
|
1
|
10
|
0
|
1
|
0
|
b.
Pencacah sinkron-biner modulo -6
Pulsa klok
ke-
Pulsa klok
ke-
|
Keluaran
|
||
QA
|
QB
|
QC
|
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
2
|
0
|
1
|
0
|
3
|
0
|
1
|
1
|
4
|
1
|
0
|
0
|
5
|
1
|
0
|
1
|
6
|
0
|
0
|
0
|
7
|
0
|
0
|
1
|
8
|
0
|
1
|
0
|
c.
Pencacah sinkron BCD (Binary Code Decimal)
Pulsa klok
ke-
Pulsa klok
ke-
|
Keluaran
|
|||
QD |
QC
|
QB
|
QA
|
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
2
|
0
|
0
|
1
|
0
|
3
|
0
|
1
|
1
|
1
|
4
|
0
|
1
|
0
|
0
|
5
|
0
|
1
|
0
|
1
|
6
|
0
|
1
|
1
|
0
|
7
|
0
|
1
|
1
|
1
|
8
|
1
|
0
|
0
|
0
|
9
|
1
|
0
|
0
|
1
|
10
|
0
|
0
|
0
|
0
|
11
|
0
|
0
|
0
|
1
|
II. Pencacah tak sinkron
a.
Pencacah asinkron-biner modulo8
Pulsa klok
ke-
Pulsa klok
ke-
|
Keluaran
|
||
QC
|
QB
|
QA
|
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
2
|
0
|
1
|
0
|
3
|
1
|
1
|
0
|
4
|
0
|
0
|
1
|
5
|
1
|
0
|
1
|
6
|
0
|
1
|
1
|
7
|
1
|
1
|
1
|
8
|
0
|
0
|
0
|
9
|
1
|
0
|
0
|
10
|
0
|
1
|
0
|
b.
Pencacah asinkron-biner modulo6
Pulsa klok
ke-
Pulsa klok
ke-
|
Keluaran
|
||
QC |
QB
|
QA
|
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
2
|
0
|
1
|
0
|
3
|
1
|
1
|
0
|
4
|
0
|
0
|
1
|
5
|
1
|
0
|
1
|
6
|
0
|
0
|
0
|
7
|
1
|
0
|
0
|
8
|
0
|
1
|
0
|
c.
Pencacah asinkron BCD (Binary Coded Decimal)
Pulsa klok
ke-
Pulsa klok
ke-
|
Keluaran
|
|||
QD |
QC
|
QB
|
QA
|
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
1
|
0
|
1
|
3
|
1
|
1
|
0
|
1
|
4
|
0
|
0
|
1
|
0
|
5
|
1
|
0
|
1
|
0
|
6
|
0
|
1
|
1
|
1
|
7
|
1
|
1
|
1
|
1
|
8
|
0
|
0
|
0
|
0
|
9
|
1
|
0
|
0
|
0
|
10
|
0
|
1
|
0
|
1
|
11
|
1
|
1
|
0
|
1
|
MODUL III : REGISTER
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, maka dari hasil praktikum modul III ini, yang
membahas tentang Register dapat dianalisa jika rangkaian register memiliki
fungsi untuk menyimpan data sementara yang kemudian akan diganti oleh data yang
baru. Jadi register ini merupakan media untuk menyimpan data yang berupa satu
atau beberapa flip – flop yang digabungkan menjadi satu. Perlu diingat bahwa register
hanya dapat menyimpan data yang terdiri atas satu bit bilangan biner yakni yang
terdiri atas satu bit bilangan biner yang terdiri dari 0 atau 1. Terdapat cara
apabila kita ingin mengambil data dari suatu register. Caranya dengan rangkaian
paralel dan seri. Dengan memparalelkan register yaitu data yang terdiri dari
beberapa bit tersebut akan dimasukan dan dikeluarkan dari register secara
serempak dan bersamaan. Sebaliknya, dengan cara yang serial adalah data yang
bit demi bit itu yang dimasukan atau pun dikeluarkan dari register secara
beruntun. Dalam praktikum register ini, kita pun dikenalkan dengan macam –
macam register. Macam – macam register itu adalah PIPO (Register Paralel In –
Paralel Out), SIPO (Register Serial In – Paralel Out), SISO (Register Serial In
– Serial Out), dan PISO (Register Paralel In – Serial Out).
Pada
register SISO (Register Serial In – Serial Out), data masukan serial akan
digeser oleh sinyal clock T. Sebelumnya janganlah lupa, kita atur terlebih
dahulu posisi kontrol R = 1 dan OE = 0 kemudian setelah itu, kita masukan data
serial pada SE sesuai dengan perintah yang terdapat ditabel. Lalu untuk
Register Paralel In – Paralel Out atau SISO sistematikanya adalah kita harus
posisikan kondisi awal sinyal kontrolnya dengan S = 1, OE-nya = 0, dan R = 1
kemudian baru lah kita masukan input pada E5 hingga E1. Setelah kita beri
masukan kita rubah kondisi S-nya menjadi = 0. Untuk register yang PISO
(Register Paralel In – Serial Out) cara kerjanya seperti biasa, pada register
SIPO ini pun sinyal clock T masih mempunyai peranan. Seperti yang kita ketahui,
sinyal clock T dibutuhkan untuk menggeser data masukan serial. Tak lupa pada
register SIPO ini pun kita harus mengatur kondisi awal sinyal kontrol R = 1 dan
OE = 0, lalu kita masukan lagi masukan data serialnya pada SE yang sesuai pada
tabel percobaan. Perlu kita ingat, pada register yang memerlukan peranan sinyal
clock T, SE – nya harus disinkronkan dengan sinyal clock T tersebut, dan tombol
sinyal clock T ditekan setelah penyetingan data pada SE. Untuk Register SIPO
terdapat dua keluaran yang harus kita perhatikan, yakni keluaran dalam bentuk
flip flop dan dalam bentuk register. Apabila kita ingin melihat hasil keluaran
Register SIPO yang dalam bentuk paralel register maka kita harus mengaktifkan
OE – nya menjadi = 0.
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Setelah melakukan
praktikum, dan berdasarkan hasil data yang telah diperoleh maka dari praktikum
modul III Teknik Digital tentang Register, dapat disimpulkan bahwa :
1)
Sinyal clock T pada rangkaian Teknik Digital
Register, mempunyai fungsi untuk menggeser data pada masukan serial.
2)
Register merupakan media untuk menyimpan data
yang terbentuk atau berasal dari satu atau beberapa flip flop. Namun hanya
bersifat sementara, karena selanjutnya akan digantikan oleh data yang baru.
3)
Terdapat
2 macam cara untuk mengambil data dari suatu register, yakni dengan
memparalelkan register dan mejadikan register menjadi serial.
4)
S dibuat menjadi = 0 tujuannya adalah untuk
mengaktifasikan serial pada rangkaian register.
5)
Register terdiri dari 4 macam, yakni PIPO
(Register Paralel In – Paralel Out), SIPO (Register Serial In – Paralel Out),
SISO (Register Serial In – Serial Out), dan PISO (Register Paralel In – Serial
Out)
HASIL DATA
1.
Register
SISO (Serial Input – Serial Output)
Klok
|
Input Seri
|
Output Register
|
||||
O5
|
O4
|
O3
|
O2
|
O1
|
||
0
|
0
|
0 00
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1 11
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
3
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
4
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
6
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
7
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
8
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
9
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
10
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
11
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
12
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
13
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
14
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
15
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
16
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
17
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
18
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
19
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
20
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
21
|
||||||
22
|
||||||
23
|
||||||
24
|
||||||
25
|
||||||
26
|
||||||
27
|
||||||
28
|
||||||
29
|
||||||
30
|
2. Register PIPO (Paralel Input – Paralel Output)
INPUT PARALEL
|
OUTPUT REGISTER
|
||||||||
E5
|
E4
|
E3
|
E2
|
E1
|
O5
|
O4
|
O3
|
O2
|
O1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
3.
Register PISO (Paralel Input – Serial Output)
KLOK
|
INPUT PARALEL
|
OUTPUT REGISTER
|
||||||||
E5
|
E4
|
E3
|
E2
|
E1
|
O5
|
O4
|
O3
|
O2
|
O1
|
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0
|
0
|
1`
|
1
|
0
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4.
Register SIPO (Serial Input – Paralel Output)
KLOK
|
INPUT
SERIAL
|
OE
|
OUTPUT FLIP-FLOP
|
OUTPUT REGISTER
|
||||||||
Q5
|
Q4
|
Q3
|
Q2
|
Q1
|
O5
|
O4
|
O3
|
O2
|
O1
|
|||
0
|
-
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
-
|
-
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
-
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
-
|
-
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
DAFTAR PUSTAKA
Penulisan laporan diambil dari :
Modul praktikum Teknik Digital tahun 2010/2011.
0 comments:
Post a Comment