Welcome to Cellular Education Video Learn Blog

Membahas dan menampilkan video tutorial software analysis telekomunikasi seluler dan edukasi seputar dunia telekomunikasi seluler | Discussing and showing tutorial video of cellular telecommunications software analysis and education around the cellular telecommunications.

Information

Ask What You Want.

Thursday, 24 November 2016

ANTENNA SYSTEM DAN KONSEP ISOTROPIC, HALFWAVE DIPOLE & ANTENNA BEAMWIDTH

ANTENNA SYSTEM DAN KONSEP  ISOTROPIC, 
HALFWAVE DIPOLE & ANTENNA BEAMWIDTH

Gelombang radio GSM dapat dihasilkan dengan memberikan aliran listrik bolak-balik pada antena. Pada antena BTS pada dasarnya adalah kabel panjang yang dialiri tegangan/arus bolak-balik. Dan antena akan menghasilkan gelombang elektromagnetik yang memiliki frekuensi sama dengan frekuensi sumber tegangan/arus.



Antena Isotropic

Antena isotropic adalah antena non-directional yang meradiasikan gelombang elektromagnetik ke semua arah. Perbandingan gain antena pada arah tertentu dibandingkan dengan antena isotropic dinyatakan dalam dBi.


Antena Half Wave Dipole

Half Wave Dipole diperoleh dengan memotong konduktor sebesar satu setengah panjang gelombang frekuensi radio. Perbandingn gain dengan Half Wave Dipole dinyatakan dalam unit dBd.

Antena Beamwidth

Beamwidth, didefinisikan sebagai sudut penyimpangan dimana power yang diradiasikan lebih rendah 3dB daripada main direction. Baik secara horisontal maupun vertikal menggunakan persyaratan yang sama.


Vertical Beamwidth

Untuk mengkonsentrasikan radiasi power di coverage area, maka susunan array half wave dipole disusun secara vertikal/horisontal atau +45/-45. Dengan setiap kelipatan dua jumlah dipole maka beam width power akan berkurang setengahnya tetapi gain pada main directionakan bertambah 3 dB.


Source :

3G Planning and Optimization by Lingga Wardhana




Wednesday, 23 November 2016

DEFENISI CELL RESELECTION PADA KOMUNIKASI SELULER DAN KONSEPNYA

DEFENISI CELL RESELECTION 
PADA KOMUNIKASI SELULER DAN KONSEPNYA


Cell Reselection adalah proses perpindahan mobile user dari satu cell ke cell yang lain pada saat idle mode (kondisi handphone diam atau tidak melakukan aktifitas apapun seperti menelpon, streaming video, ataupun download/upload). Cell awal yang ditinggalkan disebut source cell sedangkan cell tujuan disebut dengan target cell.

Pada 3G to 3G Cell Reselection, User Equipment (UE/Hp) akan merangking WCDMA cell Berdasarkan kriteria berikut yang sering disebut sebagai S Criteria.

Squal = CPICH_Ec/No - qQual Min > 0 dan
Srxlev = CPICH_RSCP - qRxLev Min-Pcompensation> 0
Pcompensation = max ( max Tx power UI - maximum UE power, 0)

Cell-cell yang memenuhi S Criteria kemudian dirangking menurut R Criteria

Rserving = CPICH_Ec/No + qHyst2
Rneighbour = CPICH_Ec/No - qOffset2sn

Pada UE akan terjadi proses cell reselection jika cell baru memenuhi kriteria cell reselection selama waktu time interval treSelection

Contoh : 

Serving Cell : Cell A;
Neighbour cell : Cell B, Cell C, Cell D, Cell E
qQualMin : -18 dB
qRxLevMin : -118 dBm
qHyst2 : 4 dB
qOffset2sn : 0 dB



Pertanyaannya :

1. Bagaimana rangking cell reselection dari cell-cell tersebut ?
2. Proses apa yang akan terjadi ?
3. Cell mana yang tidak lolos kriteria S ?

Jawabannya :


1. Rangking Cell :
      1st : Cell B
      2nd : Cell A
      3rd : Cell C

2. Akan terjadi proses reselection dari Cell A ke Cell B setelah timer treSelection expired.

3. Cell D dan Cell E tidak lolos pada criteria S. Cell D tidak lolos kriteria Squaldan Cell E tidak lolos kriteria     Srxlev.

Source : 
* 3G Planning and Optimization by Lingga Wardhana


Tuesday, 22 November 2016

LANGKAH INSTALASI DAN PENGATURAN PRIVATE BRANCH EXCHANGE (PBX)



BAB III
LANGKAH INSTALASI DAN PENGATURAN PBX

I. DASAR TEORI
1. Jaringan Lokal Akses Tembaga ( JARLOKAT )
            Jaringan Lokal Akses Tembaga merupakan Jaringan telepon yang bisa menyambungkan antara pusat telepon ( sentral ) dengan pelanggan. Sistem kerja jaringan local akses tembaga ( Jarlokat ) itu sendiri adalah, pertama – tama STO akan mengirimkan sinyal atau kode ke RK ( Rumah Kabel ) yang kemudian di teruskan ke KP, Lalu diteruskan ke KTB, selanjutnya masuk ke Soket Pelanggan, dan terakhir tersambung ke pesawat telepon pelanggan. Adapun komponen – komponen penyusun dari Jaringan Lokal Akses Tembaga ( JARLOKAT ) ini adalah :
           
1. Sentral Telepon : Sentral Telepon yaitu merupakan Pusat dari telepon seluruh pelanggan telepon, tugas sentral telepon  adalah menghubungkan semua pelanggan agar dapat saling terhubung antara pelanggan yang satu dengan pelanggan yang lain.

2. Rangka Pembagi Utama ( RPU ) : Rangka Pembagi Utama biasa disebut juga Main Distribution Frame ( MDF ), Rangka Pembagi Utama biasa ditemukan di kantor – kantor telepon yang bersifat menengah ke atas. Rangka Pembagi Utama atau MDF ini berfungsi sebagai tempat disambungnya kabel primer dan kabel ari sentral.
3. Rumah Kabel ( RK ) : Rumah Kabel atau RK ini sering di jumpai di pinggiran trotoar jalan, Rumah Kabel ini menyimpan banyak kabel – kabel pelanggan yang berada di daerah dimana letak rumah kabel tersebut berada. Fungsi RK itu sendiri adalah menyimpan kabel – kabel yang merupakan nomor – nomor telepon pelanggan.


II. LANGKAH PRAKTIKUM  5
1. Rangkailah modul PBX dan kelima pesawat telepon. Lalu nyalakan PBX.
2. Lakukan pemanggilan dari satu ekstensi ke ekstensi lainnya.
3. Lakukan percakapan antara 2 pasang ekstensi secara bersamaan dan catat hasilnya di lembar pengamatan.
4. Sambungkan saluran telepon ke PBX
5. Lakukan pemanggilan dari suatu ekstensi ke ekstensi lainnya.
6. Lakukan pembatasan panggilan keluar untuk saru nomor ekstensi.
7. Lakukan panggilan keluar untuk nomor SLJJ dan nomor telepon seluler dari nomor ekstensi yang dibatasi.
8. Lakukan pembatasan panggilan keluar khusu untuk nomor telepon seluler pada satu nomor ekstensi lain.
9. Lakukan panggilan keluar untuk nomor SLJJ dan  Telepon Seluler dari nomor ekstensi tersebut.
10. Lakukan pembatalan pembatasan  panggilan keluar untuk kedua nomor ekstensi tersebut.
11. Lapaskan koneksi pesawat telepon ekstensi ke-4 dan ke-5 dari PBX.
12. Lakukan panggilan masuk ( lewat telepon seluler ) ke nomor sambungan telepon PBX.
13. Matikan nada dering untuk ekstensi pertama dan ketiga.
14. Lakukan kembali panggilan masuk.
15. Alihkan panggilan masuk tersebut ke ekstensi pertama atau ketiga.
16. aktifkan lagi nada dering untuk kedua ekstensi tersebut.
17. Matikan PBX. Lepaskan saluran telepon dari seeluruh PBX. Lepaskan pula seluruh sambungan pesawat telepon ke PBX.


III. ANALISA
Pada praktikum modul III tentang INSTALASI DAN PENGATURAN PBX ini dapat dianalisa bahwa Sistem kerja Jaringan Lokal Akses Tembaga yaitu bagi dari instalasi dan pengaturan PBX dapat berfungsi sebagai penghubung antara pelanggan yang satu dengan pelanggan yang lain.
Adapun Cara Kerja dari Instalasi dan pengaturan PBX ini adalah, Pertama – tama sinyal dikirmikan melalui STO ke RPU yang selanjutkan di teruskan ke RK atau rumah kabel, lalu di teruskan ke KP, selanjutnya dihubungkan ke KTB, setelah itu, maka sinyal akan masuk ke sekot pelanggan, dan selanjutnya masuk ke Pesawat telepon pelanggan.
Sistem kerja komponen – komponen penyusun Jaringan Lokal Akses Tembaga adalah Mengatur atau menghubung kan antara pelanggan. Lalu Rangka Pembagi Utama sebagai tembat penyambung antara kabel primer dan ari sentral.
            Selanjutnya tugas Rumah Kabel adalah sebagai tempat penyambung  antara kabel primer dan kabel sekunder. Dan sebagai tempat penyimpanan kabel kabel primer dan sekunder pelanggan telepon.
            Adapun fungsi lain dari Rumah Kabel itu sendiri adalah sebgaiu tempat penjumperan kabel primer dan kabel sekunder. Bentuk Rumah Kabel itu sendiri adalah berbentuk kotak dan terbuat dari besi dan fiber.
            Selanjutnya Kotak Pembagi ( KP ), kotak pembagi atau KP ini memiliki fungsi sebagai penyambung antara kabel sekunder dengan kabel distribusi. Fungsi lain KP adalah sebagai tempat memutas jaringan telepon yang menuju ke rumah – rumah pelanggan.
            Bentuk Kotak pembagi itu sendiri diklasifikasikan menjadi Kotak pembagi tiang ( KPT ) yaitu kotak kecil yang berada di atas tiang – tiang Telkom, lalu kotak pembagi dinding ( KPD ),  yaitu kotak kecil yang sering berada di rumah – rumah.
            Selanjutnya ada Kotak Pembagi ( Terminal Post/ TP ) dipasang di atas tanah dan kemudian di sambungkan ke Pembagi bawah tanah/ SPBT ( dipasang dibawah tanah yaitu pada dinding Pit Handhole ).
            Selanjutnya ada KTB ( kotak Terminal Batas ) tempat disambungkan nya kabel distribusi dengan kabel instalasi dalam rumah.


IV. KESIMPULAN
Dari Praktikum Modul III tentang Instalasi dan Pengaturan PBX ini di simpulkan sebagai berikut :

§  Jaringan Lokal Akses tembaga ( Jarlokat ) berfungsi sebagai penghubung antara pusat atau sentral telepon dengan pelanggan telepon.

§  Sentral Telepon Otomat ( STO ) memiliki fungsi sebagai pengatur hubungan pelanggan satu dengan pelanggan yang lain.

§  Rangka Pembagi Utama biasa disebut MDF ( Main Distribution Frame ) memiliki fungsi sebagai tempat penyambung antara kabel primer dan kabel ari sentral.

§  Fungsi Rumah Kabel adalah menyimpan seluruh kabel – kabel sekunder dan primer yakni merupakan nomor – nomor telepon pelanggan.

§  Fungsi Kotak Pembagi adalah Tempat disambungkannya kabel sekunder dengan kabel distribusi.

§  Kotak Terminal Batas ( KTB ) memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan antara kabel distribusi dengan kabil instalasi dalam rumah. 

DAFTAR PUSTAKA

1. (1) Langkah praktikum bab I “Dasar Penggunaan Spektrum Analyzer” di ambil dari modul Sistem Telekomunikasi.
5. (5) Langkah praktikum bab III “Instalasi dan Pengaturan PBX” diambil dari modul Sistem Telekomunikasi.

HANDOVER IN LTE NETWORK | HANDOVER PADA JARINGAN LTE

Overview of Handover

While moving, a UE performs the handover procedure to change connection to the network. The following figure shows the schematic diagram.




In the LTE system, the handover procedure is controlled by the network (eNodeB). Therefore, the eNodeB needs to monitor the quality of the radio environment where the UE is in. To do so, the eNodeB delivers a measurement control instructing the UE to send measurement reports when the conditions specified in the measurement control are met.

  • Trigger: Currently, Huawei eNodeB uses event A3 to trigger an intra-frequency handover and events A2 and A4 to trigger an inter-frequency handover.
  • Handover: The eNodeB delivers the handover command to the UE. Upon reception of the handover command, the UE disconnects from the source cell and is handed over to the target cell.


Handovers in the LTE system



1. Intra-RAT handovers
Frequency relationship:
• Intra-frequency handovers
• Inter-frequency handovers
Signaling bearers:
• Intra-eNodeB handovers
• Intra-MME X2-based handovers (in case the X2 interface is configured)
• Intra-MME S1-based handovers (in case the X2 interface is not configured)
• Inter-MME S1-based handovers with data forwarding over the X2 interface (in case the X2 interface is configured)
• Inter-MME S1-based handovers with data forwarding over the S1 interface (in case the X2 interface is not configured)

2. Inter-RAT handovers

Event Definition


Source :

LTE RF Operational Parameter, by Ray Khastur - Floatway System

PERENCANAAN DAN PENENTUAN NILAI PHYSICAL TUNING PADA SITE TELKOMSEL LTE 1800 Mhz BERDASARKAN TABEL TELKOMSEL TILTING PADA DAERAH RURAL

PERENCANAAN DAN PENENTUAN NILAI PHYSICAL TUNING PADA SITE TELKOMSEL LTE 1800 Mhz BERDASARKAN TABEL TELKOMSEL TILTING PADA DAERAH RURAL



1.     MENENTUKAN ARAH AZIMUTH
          Untuk menentukan arah azimuth pada daerah rural cukup sederhana, daerah rural hamper didominasi hutan maupun tanah kosong minim pemukiman. Pada gambar 3.1 dapat dilihat pada garis berwarna merah, hijau dan biru merupakan arah azimuth sektoral. Arah azimuth pada gambar 3.1 merupakan arah azimuth yang paling ideal untuk posisi site di area tersebut dimana ketiga arah azimuth tersebut mengarah ke pemukiman yang cukup padat diantara hutan dan lahan kosong pada area tersebut.


 
Gambar 3.1. Arah azimuth sektoral pada Google Earth

2.      TABEL TILT TELKOMSEL LTE

Tabel 3.1. Tabel Tilt Telkomsel LTE

Antenna Height (m)
Site to Site Distance (m)
15
20
25
27
29
30
35
38
40
45
50
500
7
8
8
8
9
9
9
9
9
10
10
560
7
8
8
8
9
9
9
9
9
10
10
600
7
8
8
8
9
9
9
9
9
10
10
700
7
8
8
8
8
8
9
9
9
9
10
800
7
7
8
8
8
8
9
9
9
9
10
810
7
7
8
8
8
8
9
9
9
9
10
900
7
7
8
8
8
8
9
9
9
9
9
1000
7
7
8
8
8
8
9
9
9
9
9
1100
6
7
8
8
8
8
8
9
9
9
9
1200
6
7
8
8
8
8
8
8
9
9
9
1220
6
7
8
8
8
8
8
8
9
9
9
1300
6
7
7
8
8
8
8
8
9
9
9
1400
6
7
7
8
8
8
8
8
8
9
9
1500
6
7
7
7
7
8
8
8
8
9
9
1600
6
7
7
7
7
8
8
8
8
9
9
1700
6
7
7
7
7
7
8
8
8
8
9
1800
6
6
7
7
7
7
8
8
8
8
9
1900
6
6
7
7
7
7
8
8
8
8
8
2000
6
6
7
7
7
7
8
8
8
8
8
2100
5
6
7
7
7
7
7
8
8
8
8
2200
5
6
7
7
7
7
7
8
8
8
8
2300
5
6
7
7
7
7
7
7
8
8
8
2400
5
6
6
7
7
7
7
7
8
8
8
2500
5
6
6
7
7
7
7
7
7
8
8

Dengan menggunakan tabel tilt seperti pada tabel 3.1, dapat dihitung berapa total jumlah kombinasi Mechanical tilt dan Electrical tilt pada suatu site.

3.3.      Mechanical Tilt Tabel

 Tabel 3.2. Mechanical Tilt Tabel

Antenna Height
15
20
25
27
29
30
35
38
40
45
50
Mechanical (Inner)
2
2
2
2
2
3
3
3
4
4
5
Mechanical (outer)
0
0
2
2
2
2
2
3
3
3
4

          Dengan menggunakan tabel mechanical tilt seperti pada tabel 3.2, dapat ditentukan jumlah mechanical tilt suatu site dengan ketinggian tertentu.

3.4.      Menentukan Total Tilt Site Rural

Untuk menentukan total tilt suatu site, kita akan menggunakan tabel 3.1 untuk mengetahui berapa total kombinasi Mechanical tilt, dan Electrical tilt-nya. Pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui berapa ketinggian antenna site tersebut. Misal ketinggian antenna adalah 40 meter, kemudian kita harus hitung berapa jarak site tersebut dengan site neighbor-nya. Kita bisa mengetahui jarak site to site dengan menggunakan software google earth seperti pada gambar 3.2 dan gambar 3.3.


Gambar 3.2. Menu Ruler Pada Google Earth



Gambar 3.3. Ruler Site to Site
            Seperti pada gambar 3.2. kita klik ruler untuk dapat memulai menghitung jarak site to site. Jarak site to site harus di tarik persektor, karena total kombinasi mechanical  tilt dan electrical tilt yang dihitung adalah persektor. Jadi tidak menutup kemungkinan total jumlah kombinasi tilt persektor akan berbeda tiap sektornya tergantung pada site to site distance sector tersebut. Seperti pada gambar 3.3, kita tarik line dari sector 3 kearah site terdekatnya, pada line meter diketahui jaraknya adalah 1841,20 meter. Namun karena arah sectoral tidak mengarah ke site manapun yang berada didekatnya, maka kita maksimalkan tembakan sinyal antena sektoral tersebut adalah sejauh 1 km. Kemudian yang harus dilakukan adalah melihat sudut elevasi arah sektoral tersebut. Seperti pada gambar 3.4. dapat dilakukan dengan cara klik kanan pada salah satu garis sektoral, kemudian pilih Show Elevation Profile, maka tampilannya dapat dilihat pada gambar 3.5.


Gambar 3.4. Show Elevation Profile



Gambar 3.5. Elevation Profile of Site in 1 Km

            Site berada diketinggian 484 mdpl, tinggi antenna adalah 40 meter sehingga tinggi antenna berada di ketinggian 520 mdpl. Tinggi permukaan di jarak 1 km adalah 509 mdpl. Elevation profile dari site ke jarak 1 km arah sektoralnya adalah setinggi 509 mdpl, dapat dilihat dan simpulkan bahwa terrain tanah naik keatas. Sehingga nilai mechanical tilt yang diberikan jangan terlalu besar sehingga sinyal dapat maksimal sampai ke jarak 1 km.

            Seperti pada tabel 3.1. dengan ketinggian antenna 40 meter, maka total kombinasi tilt adalah 9. Kemudian pada tabel 3.2, dengan ketinggian antenna 40 meter, maka mechanical tilt suatu site pada daerah outer/rural adalah sebesar 3degree. Dengan mechanical 3 kemudian dibandingkan dengan elevation profile seperti gambar 3.5, maka masih dalam angka wajar, karena datarannya tidak terlalu menungkik keatas. Dengan nilai mechanical tilt sebesar 3 degree maka jumlah electrical site tersebut adalah 6, sehingga total kombinasinya tiltnya adalah 9 untuk sectoral tersebut. Untuk dataran yang menurun kita harus mempertimbangkan nilai mechanicalnya agar tidak terlalu kecil, karena sinyal akan lebih banyak ditembakkan kearah jauh, sehingga user yang berada di near site tidak akan mendapatkan sinyal. Maka apabila dengan kondisi yang sama namun dengan elevation profile yang menurun, kita bisa menentukan nilai mechanical tiltnya sebesar 4degree dan electricalnya sebesar 5 dengan ketinggian antenna 40 m dengan totat kombinasi tilt sebesar 9.


Contoh Kasus

    Tentukan total kombinasi tilt site A berdasarkan elevation profile per sektoral dengan ketentuan sebagai berikut :

a.    Site berada pada Longitude = 106.936165 dan Latitude = -6.685546
b.    Ketinggian antenna 30 meter pada daerah rural
c.     Azimuth Sec 1 =  60
Azimuth Sec 2 =  120
Azimuth Sec 3 =  330
d.    Target Range masing-masing sector = 500 m 

Penyelesaian




         
 
a.   Elevation Profile Sector 1


Ø  Elevation Tower Stand : 870m
Ø  Elevation Max : 888m
Rumus :

= (Tinggi Elevasi Tower Stand + Tinggi Antenna )- Elevation Min )
= (886 m + 30 m) – 870 m) 
= (916m)-(870m)
= Maka Ketinggian Antenna adalah 46m

Pada Tabel Telkomsel 3.1 dengan Ketinggian Antenna 46m dengan Target Range 500, maka total kombinasi downtilt yang digunakan adalah 10




b.   Elevation Profile Sector 2



         
Ø  Elevation Tower Stand : 887
Ø  Elevation Max : 911
Rumus :

= (Tinggi Elevasi Lokasi Antenna Berdiri + Tinggi Antenna )- Eelvation Min )
= (887 m + 30 m) – 911 m) 
= (917m)-(911m)
= Maka Ketinggian Antenna adalah 6m

Pada Tabel Telkomsel 3.1dengan Ketinggian Antenna 6m dengan Target Range 500, maka total kombinasi downtilt yang digunakan adalah 7. Karena tidak ada ketinggian 6 pada tabel Telkomsel, maka yang dipakai acuan adalah ketinggian paling minimum pada tabel yakni 15m dengan kombinasi downtilt 7 – 2 (agar lebih menyesuaikan pada tinggi antenna 6 m).




c.    Elevation Profile Sector 3

         


Ø  Elevation Tower Stand : 886
Ø  Elevation Max : 911
Rumus :

= (Tinggi Elevasi Lokasi Antenna Berdiri + Tinggi Antenna )- Eelvation Min )
= (886 m + 30 m) – 836 m) 
= (916m)-(836m)
= Maka Ketinggian Antenna adalah 80m

Pada Tabel Telkomsel 3.1 dengan Ketinggian Antenna 80m dengan Target Range 500, maka total kombinasi downtilt yang digunakan adalah 10. Karena tidak ada ketinggian 80m pada tabel Telkomsel, maka yang dipakai acuan adalah ketinggian paling maximum pada tabel yakni 50m dengan kombinasi downtilt 10 + 2 (agar lebih menyesuaikan pada tinggi antenna 80 m).




 Source : 

1.   Lingga Wardhana, ST, MBA. 2G/3G Rf Planning And Optimization For Cosultant. Jakarta : Penerbit Nulisbuku.com. 2011
2.      Site Audit SKB002 RELOCSTOCCRGML, Jakarta : Lintas Media Telekomunikasi Audit Files. 2016
3.     Telkomsel Tabel Tilt and Mechanical Tilt for LTE, Jakarta : Telkomsel SQA Departement Files. 2016