Direktur Utama TELKOM Rinaldi Firmansyah memaparkan bahwa ada tiga isu kritikal yang harus dan akan dijawab TELKOM dalam menghadapi tantangan pengembangan infrastruktur jaringan pita lebar ke depan seiring dengan usahanya mengembangkan portofolio bisnis TIME. Isu-isu dimaksud adalah: bagaimana menjaga teknologi agar senantiasa mampu mengakomodasi kebutuhan konsumsi bandwidth yang terus meningkat; bagaimana menciptakan pendapatan baru (to generate new revenue); dan bagaimana mempertahankan biaya (to restrain the cost). Isu-isu ini terkait langsung dengan tiga hal, yaitu: ARPU (Average Revenue per User), Bandwidth atau lebar pita, dan Cost.
Kondisi yang tidak diharapkan terjadi tatkala ARPU operator mengalami stagnasi, sementara biaya terus membengkak sebagai konsekuensi dari upaya yang dilakukan terus-menerus oleh operator untuk meningkatkan kapasitas bandwidth demi mengakomodasi kebutuhan pengguna yang terus melambung. Dalam era komunikasi suara (voice era) ketika kebutuhan bandwidth lebih banyak digunakan untuk kepentingan voice, operator bisa memperoleh margin yang bagus. Demikian juga, dalam era pita lebar (broadband era) di mana konsumsi bandwidth cukup besar namun masih dalam batas wajar, operator bisa mendapatkan margin yang bersifat sustainable. Persoalannya, demikian Rinaldi Firmansyah, konsumsi bandwidth akan terus berkembang menuju apa yang disebut sebagai Ultra Broadband Era yang menawarkan begitu banyak peluang, namun bila tidak disiasati dengan baik akan sangat menekan margin operator akibat membengkaknya biaya peningkatan kapasitas bandwidth di tengah stagnannya ARPU.
Kondisi yang tidak diharapkan terjadi tatkala ARPU operator mengalami stagnasi, sementara biaya terus membengkak sebagai konsekuensi dari upaya yang dilakukan terus-menerus oleh operator untuk meningkatkan kapasitas bandwidth demi mengakomodasi kebutuhan pengguna yang terus melambung. Dalam era komunikasi suara (voice era) ketika kebutuhan bandwidth lebih banyak digunakan untuk kepentingan voice, operator bisa memperoleh margin yang bagus. Demikian juga, dalam era pita lebar (broadband era) di mana konsumsi bandwidth cukup besar namun masih dalam batas wajar, operator bisa mendapatkan margin yang bersifat sustainable. Persoalannya, demikian Rinaldi Firmansyah, konsumsi bandwidth akan terus berkembang menuju apa yang disebut sebagai Ultra Broadband Era yang menawarkan begitu banyak peluang, namun bila tidak disiasati dengan baik akan sangat menekan margin operator akibat membengkaknya biaya peningkatan kapasitas bandwidth di tengah stagnannya ARPU.
Upaya TELKOM dalam menghadapi tantangan ini adalah mengoptimalkan variabel ARPU-Bandwidth-Cost tadi. Di sisi bandwidth, kapasitas terus dikembangkan dengan memanfaatkan serangkaian teknologi seperti Metro Ethernet, Terra Router, GPON for FTTH&M, dan 40G WDM/Ethernet. Di sisi ARPU, TELKOM akan terus mengembangkan berbagai layanan seperti Mobile Internet Application, IPTV, Managed Lease Line, dan Wholesale. Sedangkan di sisi biaya (cost) TELKOM melakukan efisiensi melalui langkah-langkah penyederhanaan arsitektur jaringan, optimasi trafik point-to-point/Video/Mobile Broadband, sinergi IP dan optik, serta pemeliharaan yang mudah dan penetapan lokasi secara cepat.
Dalam lima tahun ke depan upaya pengembangan infrastruktur jaringan akses TELKOM akan fokus pada penyediaan fiber access secara penuh hingga ke rumah-rumah atau gedung-gedung dengan target komposisi jaringan akses FTTE (end-to-end copper) 15%, akses FTTC (Fiber to the Curb) yang menggunakan teknologi MSAN, GPON dan VDSL 70%, serta akses FTTB/H (Fiber to the Building/Home) 15%. Dengan demikian, lanjut Muhammad Awaluddin, akses kabel tembaga (copper) diharapkan sudah tergantikan semuanya oleh serat optik di tahun 2015, paling tidak di kota-kota besar Indonesia.
Ia menekankan, kebijakan transformasi TELKOM menjadi TIME Company perlu didukung transformasi infrastruktur dan sistem, termasuk di sisi jaringan akses. TELKOM akan mengembangkan akses pita lebar dengan tiga segmen sasaran, yaitu: Broadband for Home Digital Environment, Broadband for Enterprise Government, dan Broadband Anywhere. Kerjasama dengan ASG merupakan bagian dari upaya pengembangan Broadband for Home Digital Environment. Konsep Digital Home sendiri meliputi digital home communication, digital home office, digital entertainment, dan digital surveillance & security.
Dalam lima tahun ke depan upaya pengembangan infrastruktur jaringan akses TELKOM akan fokus pada penyediaan fiber access secara penuh hingga ke rumah-rumah atau gedung-gedung dengan target komposisi jaringan akses FTTE (end-to-end copper) 15%, akses FTTC (Fiber to the Curb) yang menggunakan teknologi MSAN, GPON dan VDSL 70%, serta akses FTTB/H (Fiber to the Building/Home) 15%. Dengan demikian, lanjut Muhammad Awaluddin, akses kabel tembaga (copper) diharapkan sudah tergantikan semuanya oleh serat optik di tahun 2015, paling tidak di kota-kota besar Indonesia.
Ia menekankan, kebijakan transformasi TELKOM menjadi TIME Company perlu didukung transformasi infrastruktur dan sistem, termasuk di sisi jaringan akses. TELKOM akan mengembangkan akses pita lebar dengan tiga segmen sasaran, yaitu: Broadband for Home Digital Environment, Broadband for Enterprise Government, dan Broadband Anywhere. Kerjasama dengan ASG merupakan bagian dari upaya pengembangan Broadband for Home Digital Environment. Konsep Digital Home sendiri meliputi digital home communication, digital home office, digital entertainment, dan digital surveillance & security.
0 comments:
Post a Comment